Selasa, 20 Maret 2012

Pendidikan Masa Hindu-Budha


Pembahasan sejarah Hindu-Budha di Indonesia akrab diawali dari kemunculan beberapa kerajaan di abad ke-5 M, antara lain: Kerajaan Hindu di Kutei (Kalimantan) dengan rajanya Mulawarman, putra Aswawarman atau cucu Kundung(ga). Di Jawa Barat muncul Kerajaan Hindu Tarumanegara dengan rajanya Purnawarman. Pada masa itu, eksistensi pulau Jawa telah disebut Ptolomeus (pengembara asal Alexandria – Yunani) dalam catatannya dengan sebutan Yabadiou dan demikian pula dalam epik Ramayana eksistensinya dinyatakan dengan sebutan Yawadwipa. Ptolomeus juga sempat menyebut tentang Barousai (merujuk pada pantai barat Sumatera Utara; Sriwijaya). Fa-Hien (pengembara asal China) dalam perjalanannya dari India singgah di Ye-po-ti (Jawa) yang menurutnya telah banyak para brahmana (Hindu) tinggal di sana. Maka tidak berlebihan jika Lee Kam Hing kemudian menyatakan bahwa lembaga-lembaga pendidikan telah ada di Indonesia sejak periode permulaan. Pada masa itu, pendidikan lekat terkait dengan agama.
Menurut catatan I-Ching, seorang peziarah dari China, ketika melewati Sumatera pada abad ke-7 M ia mendapati banyak sekali kuil-kuil Budha dimana di dalamnya berdiam para cendekiawan yang mengajarkan beragam ilmu. Kuil-kuil tersebut tidak saja menjadi pusat transmisi etika dan nilai-nilai keagamaan, tetapi juga seni dan ilmu pengetahuan. Lebih dari seribu biksu Budha yang tinggal di Sriwijaya itu dikatakan oleh I-Ching menyebarkan ajaran seperti yang juga dikembangkan sejawatnya di Madhyadesa (India). Bahkan, di antara para guru di Sriwijaya tersebut sangat terkenal dan mempunyai reputasi internasional, seperti Sakyakirti dan Dharmapala. Sementara dari pulau Jawa muncul nama Djnanabhadra. Pada masa itu, para peziarah Budha asal China yang hendak ke tanah suci India, dalam perjalanannya kerap singgah dulu di nusantara ini untuk melakukan studi pendahuluan dan persiapan lainnya.
Sejarah agama Hindu-Budha di Indonesia berbeda dengan sejarahnya di India. Disini, kedua agama tersebut dapat tumbuh berdampingan dan harmonis. Bahkan ada kecenderungan syncretism antara keduanya dengan upaya memadukan figur Syiwa dan Budha sebagai satu sumber yang Maha Tinggi. Sebagaimana tercermin dari satu bait syair Sotasoma karya Mpu Tantular pada zaman Majapahit “Bhinneka Tunggal Ika”, yakni dewa-dewa yang ada dapat dibedakan (bhinna), tetapi itu (ika) sejatinya adalah satu (tunggal). Sekalipun demikian, patut diketahui sempat adanya sejarah konflik politik antar kerajaan yang berbeda agama pada masa-masa permulaannya.
Pada masa Hindu-Budha ini, kaum Brahmana merupakan golongan yang menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Perlu dicatat bahwa sistem kasta tidaklah diterapkan di Indonesia setajam sebagaimana yang terjadi di India. Adapun materi-materi pelajaran yang diberikan ketika itu antara lain: teologi, bahasa dan sastra, ilmu-ilmu kemasyarakatan, ilmu-ilmu eksakta seperti ilmu perbintangan, ilmu pasti, perhitungan waktu, seni bangunan, seni rupa dan lain-lain. Pola pendidikannya mengambil model asrama khusus, dengan fasilitas belajar seperti ruang diskusi dan seminar. Dalam perkembangannya, kebudayaan Hindu-Budha membaur dengan unsur-unsur asli Indonesia dan memberi ciri-ciri serta coraknya yang khas. Sekalipun nanti Majapahit sebagai kerajaan Hindu terakhir runtuh pada abad ke-15, tetapi ilmu pengetahuannya tetap berkembang khususnya di bidang bahasa dan sastra, ilmu pemerintahan, tata negara dan hukum. Beberapa karya intelektual yang sempat lahir pada zaman ini antara lain: Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa (Kediri, 1019), Bharata Yudha karya Mpu Sedah (Kediri, 1157), Hariwangsa karya Mpu Panuluh (Kediri, 1125), Gatotkacasraya karya Mpu Panuluh, Smaradhahana karya Mpu Dharmaja (Kediri, 1125), Negara Kertagama karya Mpu Prapanca (Majapahit, 1331-1389), Arjunawijaya karya Mpu Tantular (Majapahit, ibid), Sotasoma karya Mpu Tantular, dan Pararaton (Epik sejak berdirinya Kediri hingga Majapahit).
Menjelang periode akhir tersebut, pola pendidikan tidak lagi dilakukan dalam kompleks yang bersifat kolosal, tetapi oleh para guru di padepokan-padepokan dengan jumlah murid relatif terbatas dan bobot materi ajar yang bersifat spiritual religius. Para murid disini sembari belajar juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Jadi secara umum dapatlah disimpulkan bahwa:
1.   Pengelola pendidikan adalah kaum brahmana dari tingkat dasar sampai dengan tingkat tinggi.
2.   Bersifat tidak formal, dimana murid dapat berpindah dari satu guru ke guru yang lain.
3.   Kaum bangsawan biasanya mengundang guru untuk mengajar anak-anaknya di istana   disamping ada juga yang mengutus anak-anaknya yang pergi belajar ke guru-guru tertentu.
4.   Pendidikan kejuruan atau keterampilan dilakukan secara turun-temurun melalui jalur kastanya masing-masing.

Pendidikan Guru Masa Orde Lama dan Orde Baru


A.    Orde Lama

a.      Sistem Pembangunan Dibidang Pendidikan

Sistem pendidikan guru di Indonesia mulai dibenahi secara fisik sejak 1950. Awal 1950, ketika bentuk negara Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk membangun kembali sistem pendidikan untuk seluruh wilayah Indonesia, harus diadakan persetujuan kerjasama antara Pemerintah Republik Indonesia Serikat dengan Pemerintah Republik Indonesia. Piagam persetujuan ini ditandatangani oleh Drs. Mohamad Hatta selaku Perdana Menteri RIS dan Dr. A. Halim selaku Perdana Menteri RI pada 19 Mei 1950. Ketentuan piagam ini antara lain kedua pihak menyetujui pembentukan suatu panitia yang bertugas menyelenggarakan pengajaran dan persetujuan untuk menyelesaikan kesukaran-kesukaran diberbagai lapangan dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Berdasarkan persetujuan tersebut dibentuklah suatu panitia bersama dari Kementrian Pendidikan, pengajaran, dan Kebudayaan RIS (PPK RIS) dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI (PPK RI). Hasil perundingan ini diumumkan tanggal 30 Juni 1950 dan ditandatangani oleh Dr. J. Leimena selaku menteri PPK RIS dan S. Mangunsarkoro selaku menteri PPK RI. Hasil perundingan berupa ketentuan mengenai susunan sekolah negeri. Berdasarkan ketentuan . Berdasarkan ketentuan ini, perbedaan-perbedaan dalam sistem persekolahan yang ada antara RI dan negara-negara bagian lainnya dari RIS ditiadakan, dan semuanya memakai sistem persekolahan RI. Ketika seluruh wilayah Indonesia menjadi republik Indonesia, maka penyeragaman sistem pendidikan di persekolahan seluruh Indonesia selesai digarap.

b.      Ekspansi Sistem Pendidikan Guru SD

Karena kekurangan tenaga guru dan keterbatasan kemampuan pemerintah untuk menambah jumlah sekolah secara cepat, Kementrian PPK memutuskan untuk menyelenggarakan pendidikan guru darurat, yaitu pendidikan guru singkat yang berlangsung selama 2 tahun sesudah SD. Pendidikan ini disebut KPKPKB (Kursus Pengantar Ke Pelaksanaan Kewajiban Belajar).
Ada 3 jenis bahan pelajaran yang dipersiapkan oleh Balai Kursus Tertulis, yaitu bahan pelajaran unruk KP (Kursus Pengantar), bahan pelajaran untuk KGB (Kursus Guru B) dan bahan pelajaran untuk KGA (Kursus Guru A). Para pengikut KP akan dipekerjakan sebagai guru darurat setelah mengikuti kursus selama 2 tahun. Para pengikut KGB pada akhir masa kursus mendapatkan ijazah setara dengan SGB. Lama kursus ini 1 tahun untuk para peserta tamatan SMP. Para peserta KGA pada akhir masa kursus mendapatkan ijazah setara dengan SGA. Masa kurusus untuk KGA adalah 3 tahun bagi para peserta kursus yang memiliki. Ijazah SMP waktu memulai mengikuti kursus.
 
c.       Ekspansi Sistem Pendidikan Guru Sekolah Menengah

Dalam periode 1950-1965 pemerintah RI melakukan rehabilitasi dan memperluas ekspansi sistem pendidikan guru untuk sekolah menengah ini. Dahulu pemerintah Hindia Belanda mengembangkan sistem “kursus MO” terjemahan dari istilah Cursus Voor Middlebaar Ondewijs Akte yaitu kursus untuk memperoleh wewenang mengajar di pendidikan menengah.
Kedua langkah dasar ini adalah:
1.      Menyelenggarakan kursus-kursus B-I (mulai 1950) dan kursus-kursus B-II (mulai 1954). Peserta kursus ini adalah para guru yang sudah mengajar. Mereka mendapatkan tugas belajar dari kementrian PPK untuk mengikuti kursus tersebut. Pada tahun ajaran 1954-1955 di Indonesia terdapat 102 kursus B-I dan 3 kursus B-II.
2.      Membuka lembaga pendidikan guru baru, yaitu dengan peresmian Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) pada 20 Oktober oleh menteri PPK Prof. Mr. Moh Yamin. Tujuan pendirian PTPG adalah melengkapi sekolah menengah dengan tenaga akademisi yang berhubungan langsung dengan memperbanyak dan mempertinggi mutu sekolah lanjutan.

B.     Orde Baru

a.      Pembangunan Dibidang Pendidikan

Pembangunan dibidang pendidikan memiliki 2 fungsi dalam keseluruhan kerangka pembangunan ekonomi yaitu:
1.      Mengusahakan agar kesempatan mendapatkan pendidikan menjadi terjangkau oleh semua masyarakat.
2.      Meningkatkan secara berangsur-angsur kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan yang bermutu.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan ini pemerintah masa orde baru melakukan:

1.      Peningkatan Mutu Pendidikan Kejuruan
Peningkatan ini melalui memutakhirkan struktur pendidikan kejuruan sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam struktur pendidikan kejuruan yang baru muncul sekolah-sekolah menengah kejuruan dibidang manajemen bisnis, pariwisata, dan perhotelan. Padahal dulu hanya ada 4 jenis sekolah menengah kejuruan yaitu pertanian, tehnik, ekonomi, dan kejuruan rumah tangga. Selanjutnya adalah memodernisasi program pendidikan atau kurikulum di semua bidang kejuruan dari pertanian teknologi sampai kejuruan rumah tangga.

2.      Tindakan Darurat
Tamatan SGA yang menurut rencana semula akan ditempatkan sebagai guru SD diangkat menjadi guru SMP dan SGB. Pada tahun 1952 dibangun Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP). Lama pendidikan PGSLP mula-mula ditetapkan 1 tahun, namun mulai 1 September 1958 lama pendidikan ini diperpanjang menjadi 2 tahun dan lamanya diubah menjadi Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Atas (PGSLA). Siswa PGSLP ini diambil dari para lulusan SGA yang telah ditempatkan sebagai guru sekolah menengah. PGSLP ditutup secara menyeluruh pada tahun ajaran 1978/1979.

3.      Peningkatan Mutu Pendidikan Umum
Peningkatan pendidikan ini dilakukan melalui peningkatan mutu guru melalui penatara-penataran guru dalam jabatandan peningkatan mutu kurikulum SD sampai kurikulum SMU. Dari program-program penataran ini lahir PPPG (Pusat Pengembangan Penataran Guru). Sejak tahun 1977 sampai 1991 didirikan 6 PPPG untuk peningkatan pendidikan umum dan 4 PPPG untuk peningkatan pendidikan kejuruan.

4.      Pembaharuan Kurikulum
Sejak 1968 terjadi pembaharuan kurikulum dari tingkat SD sampai tingkat SMU dan selesai tahun 1975. Pembaharuan ini berupa perubahan cara mengemas seluruh materi pembelajaran. Misal mata pelajaran fisika, kimia, dan biologi disebut ilmu pengetahuan alam, sedangkan geografi, sejarah, dan kwarganegaraan disebut ilmu pengetahuan sosial. Program pendidikan sekolah dari SD sampai SMU pada dasarnya terdiri dari 4 mata pelajaran saja yaitu bahasa, matematika, IPA, dan IPS.

b.      Pembangunan Dibidang Pendidikan Guru Pra Jabatan

Berdasarkan laporan-laporan, ada 2 langkah dasar yang dilakukan pemerintah orde baru untuk memodernisasikan pendidikan keguruan yang bersifat pra jabatan. Langkah-langkahnya yaitu:
1.      Menyergamkan jenjang pendidikan guru pra jabatan, dari sistem yang merupakan gabungan antara jenjang pendidikan menengah dan jenjang perguruan tinggi menjadi sistem yang bersifat strata tunggal, yaitu semua pendidikan guru pra jabatan diselenggarakan pada jenjang perguruan tinggi.
2.      Menentukan semua pendidikan guru pra jabatan dikelola oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dengan dileburnya FKIP dan IPG pada tahun 1963 menjadi IKIP, pihak Departemen P dan K selaku pihak yang mempekerjakan para lulusan lembaga pendidikan guru merasa dikalahkan, pada tahun 1989 diputuskan semua pendidikan keguruan yang bersifat pra jabatan diselenggarakan pada jenjang perguruan tinggi. Jadi pengelolaan pendidikan keguruan dipegang oleh Departemen Jendral Pendidikan Tinggi.

Peradaban Lembah Sungai Eufrat dan Tigris (Mesopotamia)


  1. Letak Geografis
Daerah lembah Sungai Eufrat dan Tigris lebih dikenal dengan sebutan daerah Mesopotamia yang sekarang terletak di daerah Irak. Daerah-daerah yang terletak di sepanjang aliran sungai eufrat dan tigris merupakan tempat yang subur. Di luar daerah subur itu terbentang daerah-daerah gurun, antara lain Gurun Hamad dan Gurun Nafud. Di sebelah timur aliran sungai tersebut terdapat pegunungan Elbrus dan pegunungan Kurdistan.

  1. Penduduk dan Masyarakat
Daerah-daerah di sekitar daerah Mesopotamia didiami oleh bangsa-bangsa yang termasuk rumpun bangsa Semit. Kehidupannya selain bercocok tanam juga beternak, dan bersifat seminomaden. Aktivitas perdagangan melalui Sungai Eufrat dan Tigris. Orang-orang Mesopotamia lebih banyak bertempat tinggal di kota-kota besar dan juga di ibu kotanya yang bernama Uruk (Ur).

  1. Pemerintahan
            Wilayah Mesopotamia terdiri dari berbagai negara kota. Antara negara kota sering terjadi peperangan. Negara kota yang kuat membawahi negara kota lainnya. Kepala negara kota adalah seorang raja yang merangkap sebagai kepala agama. Raja mengatur perekonomian dan memimpin pasukannyake medan perang. Kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa di Mesopotamia antara lain sebagai berikut:
  1. Kerajaan Sumeria (3500 SM)
Bangsa Sumeria adalah bangsa yang merintis peradaban Mesopotamia. Bangsa ini berkuasa sekitar tahun 3500 SM. Mereka berasal dari daerah di sekitar Teluk Persia. Bangsa ini menganut kepercayaan politeisme atau mempercayai adanya banyak dewa. Dewa-dewa tersebut, antara lain, Uruk (Dewa Langit), Nippur (Dewa Bumi), dan Eridu (Dewa Air). Tempat untuk memuja para dewa tersebut adalah ziggurat. Bangsa Sumeria juga sudah mengenal tulisan, yaitu tulisan paku. Kebudayaan bangsa Sumeria akhirnya berakhir setelah pada tahun 2350 SM diserang oleh bangsa Akkad di bawah pimpinan Sargon. Bangsa Akkad adalah rumpun bangsa Semit.

  1. Kerajaan Akkad (2300 SM)
Bangsa Akkad termasuk rumpun bangsa Semit yang berasal dari daerah padang pasir. Mereka bergerak dari daerah yang terletak di sebelah utara daerah Mesopotamia. Di bawah pimpinan Sargon, pasukan bangsa Akkad semakin bertambah kuat dan melakukan serangan serta berhasil menduduki daerah Mesopotamia dengan mengalahkan Kerajaan Sumeria.
Dengan kemenangan tersebut bangsa Akkad tidak lagi menjadi bangsa pengembara. Mereka mulai hidup menetap di daerah Mesopotamia. Walaupun bangsa Akkad berhasil memenangkan perang tersebut, tetapi mereka mengambil dan meniru kebudayaan bangsa Sumeria. Bahkan mereka berintegrasi dengan penduduk yang ditaklukkannya. Kebudayaan baru itu disebut budaya Sumer Akkad berbahasa semit.
Bangsa Akkad memuja banyak dewa, dan juga memiliki cerita-cerita dongeng tentang kepahlawanan, seperti cerita tentang Adopa, Etana, dan Gilgamesh.

  1. Kerajaan Babylonia Lama (1850 SM)
Kota Babylonia dibangun oleh bangsa Amori di bawah pimpinan Sumuabum. Kata Babilonia berasal dari kata babilu yang berarti gerbang menuju Tuhan. Letak Kota Babylonia lebih kurang 97 kilometer di selatan kota Baghdad sekarang, di tepi sungai Eufrat, Irak Selatan. Bangsa Amori tampil sebagai penguasa baru di Mesopotamia.
Raja yang terkenal dari Kerajaan Babylonia (Lama) ini adalah Hammurabi (1750 SM). Raja Hammurabi terkenal dengan hukumnya, yaitu Hukum Hammurabi. Pada masa pemerintahan Hammurabi, kekuasaan Babylonia terbentang dari Teluk Persia sampai seberang wilayah Turki sekarang dan dari Pegunungan Zagros di timur sampai Sungai Khabur di Siria. Tetapi, sepeninggal Hammurabi wilayah Babylonia terpecah-balah dan akhirnya Babylonia (Lama) runtuh karena serangan dari bangsa Hitti (Hittit). Selanjutnya Mesopotamia diduduki dan diperintah oleh bangsa Kassi (Kassit).

  1. Kerajaan Assyria (Assur)
Bangsa Assyria memenangkan peperangan atas bangsa-bangsa tersebut di atas dan menguasai daerah Mesopotamia. Mereka membangun kota Asshur dan Niniveh. Kota Niniveh terletak di tepi sungai Tigris dan dijadikan ibukota. Bangsa Assyria mempunyai angkatan militer yang sangat kuat sehingga ditakuti bangsa lain, karena itu bangsa ini ingin menguasai laut untuk melindungi perdagangan. Upaya tersebut baru berhasil sekitar tahun 750 SM. Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Assyria, dan antaranya Raja Sargon II, Raja Sennacherib, dan Raja Assurbanipal.
Lambat laun Kerajaan Assyria semakin lemah. Hal ini diketahui oleh bangsa Chaldea yang berkembang di daerah Mesopotamia Selatan (bekas kekuasaan Kerajaan Babylonia Lama). Bangsa ini menyerang Kerajaan Assyria. Pada tahun 612 SM, ibukota Niniveh berhasil dikuasai sehingga mengakibatkan runtuhnya Kerajaan Assyria.

  1. Kerajaan Babylonia (Baru) atau Chaldea
Setelah berhasil merebut bangsa Assyria pada tahun 612 SM, bangsa Chaldea di bawah pimpinan Raja Nabopalassar membangun kembali Kerajaan Babylonia (atau disebut juga dengan Babylonia Baru). Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Babylonia Baru di antaranya Raja Nabopalassar, Raja Nebokadnezar, Raja Nebonidas, dan Raja Belshazzar. Kerajaan Babylonia Baru runtuh akibat serangan dari bangsa Persia pada tahun 539 SM.

  1. Kerajaan Persia
Di bawah pimpinan Cyrus berdirilah Kerajaan Persia, berhasil memperluas wilayah kekuasaannya dengan menaklukkan Babylonia Baru dan daerah Asia Kecil. Pada tahun 530 SM Raja Cyrus menguasai sebagian dari daerah India bagian barat. Namun dalam pertempuran melawan bangsa Tura, Raja Cyrus terbunuh. Ia kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama Cambysses.
Raja Cambysses berhasil mengembalikan ketentraman dalam negeri Persia. Bahkan pada tahun 525 SM Cambysses berhasil menaklukkan negeri Mesir. Setelah Raja Cambysses meninggal ia digantikan oleh Raja Darius. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Persia mencapai masa kejayaannya. Pada masa itu dibangun istana yang megah dan indah di Kota Suza. Istana di Persepolis terkenal karena mempunyai tangga raksasa untuk memasuki istana tersebut. Kerajaan Persia hancur ketika mendapat serangan dari Iskandar Zulkarnaen.

  1. Tata Kota
            Masyarakat Mesopotamia sudah bisa membangun kota-kota dengan suatu perencanaan tata kota. Kota-kota yang dibangun sudah teratur, seperti penempatan banguna rumah atau gedung-gedung yang teratur rapi, jalan-jalan lurus dan lebar, serta dipinggir jalan terdapat selokan-selokan air. Rumah-rumah atau gedung-gedung dibangun dengan menggunakan batu bata merah.

  1. Pertanian dan Pengairan
Pada musim hujan (dari bulan Oktober-April) di Mesopotamia terjadi air bah dari kedua sungai itu. Air menggenangi daerah di sepanjang aliran sungai dan setelah surut meninggalkan Iapisan lumpur yang sangat subur. Di daerah-daerah itulah masyarakat hidup dengan bercocok tanam atau bertani.
Bangsa-bangsa di Mesopotamia sudah mampu menanggulangi masalah banjir, dan memanfaatkan airnya untuk keperluan pertanian. Caranya ialah membuat sistem pengairan yang baik. Bendungan dibangun dan telaga buatan digali untuk menyalurkan dan menyimpan air yang berlebihan di masa banjir.

  1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Peradaban Mesopotamia telah memperlihatkan keunggulan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sejak didiami oleh bangsa Sumeria (tahun 3000 SM). Keunggulan-keunggulan tersebut tampak dalam bidang-bidang berikut :
    1. Bidang arsitektur, orang Sumeria membangun kotanya menurut tata aturan kota yang terencana. Bangunan umumnya terbuat dari batu bata dan tanah liat.
    2. Kemampuan mengolah logam, dari pengolahan logam dihasilkan cermin, tongkat-tongkat, kapak, dan perlengkapan senjata lainnya. Mereka juga pandai membuat pakaian lenan, perkakas dari tembikar dan tembaga, serta perhiasan dari emas.
    3. Bidang ilmu pengetahuan, Ashurbanipal, pemimpin Assyria, membangun perpustakaan tertua di dunia.
    4. Mesopotamia pada zaman Babylonia (Baru) terkenal dengan “taman gantung”, yang kemudian menjadi salah satu keajaiban dunia.
  1. Aksara
Orang-orang Sumeria sudah mengenal abjad yang berupa huruf paku. Huruf-huruf paku itu antara lain ditemukan pada sebuah prasasti yang berisi tentang hukum dan undang-undang yang berlaku untuk mengatur kerajaan. Undang-undang dan peraturan-peraturan hukum itu disebut dengan Undang-Undang Hammurabi (Codex Hammurabi).

  1. Penanggalan/Kalender
Orang-orang Sumeria sudah mengenal sistem penanggalan atau sistem kalender, yang dimaksudkan untuk mengenal perputaran waktu dan musim. Pengetahuan tentang perputaran waktu dan musim berguna untuk menentukan saat yang tepat dalam melaksanakan aktivitas kehidupannya, baik untuk bercocok tanam, perdagangan, dan sebagainya.
Untuk mempermudah memahami pengetahuan tentang perputaran waktu dan musim,, mereka membagi dan mempersingkat waktu ke dalam jam, menit, dan detik. Pembagian waktu terus dikembangkan ke dalam bentuk yang lebih khusus melalui sistem penanggalan atau sistem kalender, yaitu 24 jam menjadi 1 hari, 30 hari menjadi 1 bulan, dan 12 bulan menjadi 1 tahun.

  1. Kepercayaan
Berkembangnya kepercayaan di Mesopotamia berawal dari kepercayaan bangsa Sumeria. Bangsa Sumeria memuja dewa-dewa yang menguasai alam, seperti Dewa Anu (Dewa Langit), Dewa Enlil (Dewa Bumi), dan Dewa Ea (Dewa Air). Ketiga dewa itu mendapat pemujaan tertinggi dari bangsa Sumeria. Bangsa Sumeria juga menyembah Dewa Sin (Dewa Bulan), Dewa Samas (Dewa Matahari), dan Dewa Istar (Dewa Perang dan Asmara).
Bangsa Sumeria juga menyembah Tammuz (Dewa Tumbuh-tumbuhan) untuk memajukan pertanian. Dewa yang memiliki peranan penting dalam kepercayaan bangsa Sumeria adalah dewa yang berhubungan dengan terciptanya dunia, yaitu Dewa Marduk. Dewa Marduk adalah lambang usaha bangsa Sumeria di dalam menciptakan daerah pertanian. Dan dewa yang sangat ditakuti oleh bangsa Sumeria adalah Dewa Ereskigal, yaitu dewa perempuan yang menguasai maut dan bertahta di “daerah hilang”.
Kepercayaan bangsa Sumeria ini terus berkembang dan dianut oleh masyarakat yang tinggal di daerah Mesopotamia. Tetapi ketika bangsa Persia menguasai daerah Mesopotamia, berkembanglah ajaran agama Persia. Kitab Suci Awesta ini merupakan firman-dewa dengan perantara nabi diturunkan kepada bangsa Persia.
Pada masyarakat bangsa Sumeria terdapat kepercayaan, bahwa manusia setelah mati akan hilang. Hal ini dijelaskan dalam cerita Gilgamesh. Cerita itu pada hakikatnya mempunyai kesimpulan bahwa hidup abadi di dunia ini tidak ada.

  1. Hukum
Sejak awal pemerintahannya, Raja Hammurabi telah memperkenalkan sistem hukuman dalam kehidupan masyarakat yang peraturannya didasarkan atas nilai-nilai tradisional. Dengan peraturan hukum seperti itu, masyarakat akan dapat hidup dengan hidup yang tertib dan menjadikan Raja Hammurabi sebagai raja yang besar, bijaksana, dan termasyhur namanya.
Hukum tersebut berupa prasasti batu yang tingginya delapan kaki atau sekitar 2,5 meter dan ditempatkan di tengah-tengah ibu kota Kerajaan Babylonia. Prasasti itu ditemukan kembali oleh pada ahli Prancis di Kota Susa (Persia) pada abad ke-20. Hukum itu dikenal dengan Hukum atau Undang-Undang Hammurabi (CodexHammurabi) dan merupakan hukum atau undang-undang tertulis pertama di dunia. Dalam kitab hukum atau undang-undang itu ditulis tentang peraturanperaturan yang menyangkut bidang pertanian, perdagangan, agama, pemerintahan, dan kemasyarakatan. Hukum itu terdiri dari 300 pokok undang-undang. Pada setiap bagian dengan jelas tercantum jenis-jenis pelanggaran dan hukumannya. Dalam menjalankan undang-undang itu, Raja Hammurabi bertindak dengan keras dan tegas, sehingga terwujud ketertiban dan keamanan.

  1. Peninggalan Kebudayaan
            Seni banguna kota Babylonia adalah sebuah kota yang indah yang terletah di tepi sungai Eufrat dan Tigris. Keindahan kota Babylonia disebabkan adanya sebuah jembatan yang besar dan merupakan jembatan tertua di dunia. Di beberapa tempat didirikan taman-taman yang bagus diatas bukit-bukit buatan, taman itu dikenal dengan Taman Bergantung ( The Hanging Garden).
            Ilmu hitung bangsa Sumeria telah dapat menghitung, bahwa satu tahun terdiri dari 354 hari atau 360 hari. Bangsa Mesopotamia telah menggunakan hitungan perenampuluhan, misalnya 1 jam ada 60 menit, 1 menit ada 60 detik, dan lain sebagainya. Begitu pula lingkaran mempunyai 360 derajat yang berhasil ditemukan oleh bangsa Sumeria.
            Bangunan kuil masyarakat Mesopotamia memuja di kuil-kuil para dewa. Kuil-kuil tempat pemujaan para dewa dibuat lebih tinggi dari tempat rumah penduduk. Kuil tempat pemujaan dewa tersebut dikenal dengan nama Ziggurat.